This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 31 Desember 2017

MULTI LEVEL MOTIVASI



Maraknya pelatihan atau workshop  bertemakan “guru bercitarasa trainer/motivator” akhir-akhir ini, seakan menandakan bahwa guru di era sekarang  mulai menurun kualitasnya dalam memotivasi siswa. Namun, ini hanya sekedar prasangka pribadi saja sekaligus introspeksi diri apakah kita sudah menjadi guru bercita rasa trainer/motivator.
Pada dasarnya, motivasi itu ada dua macam. Motivasi intrinsic, yaitu dari dalam diri seseorang. Dan ada pula motivasi ekstrinsik yang muncul karena factor lingkungan sekitar. Dua-duanya sangat berperan penting dalam menggerakkan seseorang melakukan sesuatu. Terkadang tanpa motivasi intrinsik, seseorang hanya sekedar berkeinginan melakukan sesuatu tanpa ada action. Begitupun ketika tanpa adanya motivasi ekstrinsik.
Kaitannya dengan anak, karakter yang melekat seperti mudah sekali badmood, egosentris , namun punya rasa ingin tahu yang tinggi dan aktif bergerak akan membuat kita sebagai guru akan terus berdaya upaya untuk memotivasi mereka dikala badmood menyerang.
Menurut buku kurikulum dan strukur kurikulum 13, hal-hal yang menumbuhkan minat atau motivasi belajar anak adalah orang-orang yang ada disekitarnya menyenangkan. Guru yang ramah, memperlakukan semua anak secara adil, teman bermain yang saling menerima, serta komunikasi yang hangat, terbuka, santun, dan terjadi dalam dua arah. Kemudian, lingkungannya menyenangkan yaitu tersedia alat main yang memadai, bersih, tertata dengan tepat sesuai dengan pertumbuhan fisik anak, dan dapat digunakan oleh anak sesuai dengan pikirannya.
Luas tempat di dalam dan di luar cukup untuk anak dapat melakukan kegiatan dengan nyaman adalah pijakan lingkungan yang sangat mendukung kebebasan anak berkreasi. Proses pembelajaran yang mendukung kebebasan berpikir, tanpa tekanan, sedikit instruksi dan pembatasan dari guru. Guru memberi respons yang tepat saat anak bertanya, memberikan penguatan di saat anak menemukan sesuatu/berhasil melakukan sesuatu, memberikan bantuan saat anak memerlukan. Dan memberikan reward dan punishment yang tepat. Adapun terkait reward, tak melulu harus berupa sesuatu yang mahal namun bisa diganti dengan hal simple yang menarik anak.
Sebagai penutup, ada kisah tentang bagaimana anak akan termotivasi karena hal-hal sepele yang tidak akan pernah kita duga sebelumnya. Kisah tentang F, usia 5 tahun, tipikal anak  yang belum berkembang  dalam mengungkapkan pendapatnya, mamanya selalu menyebutnya pendiam. Beberapa hari ini F tidak masuk sekolah karena sakit. Ketika berkunjung ke rumahnya, saya disambut hangat oleh mamanya. Terlihat F dengan badan masih lemah, tergolek di tempat tidurnya.  “Bu, maaf F belum bisa berangkat. Tapi tiap hari mintanya berangkat terus. F bilang pengen dapet stiker bintang dari bu guru”, tutur mamanya.
Mamanya pun menunjukkan sederetan stiker yang diperoleh F dari sekolah. Oya, jangan bayangkan ya stiker ini berupa stiker dengan bahan berkualitas bagus. Stiker yang saya buat hanya berupa guntingan kertas lipat yang saya bentuk bintang dan di sisi belakangnya ditempel doubletip. Pemberian stiker inipun tidak tiap hari saya lakukan, hanya ketika awal masa orientasi sekolah, juga ketika menanamkan karakter apa yang harus mereka tumbuhkan seperti bersikap santun, jujur, disiplin, dan lain-lain. See, what a simple think tapi anak tertarik belajar.
Ada lagi kisah tentang N, usia jelang 6 tahun. Sangat suka bercerita, dan setiap harinya selalu punya cerita baru yang akan diceritakan pada gurunya. Gurunya begitu antusias mendengarkan cerita N, sehingga tiap pagi N selalu ceria begitu sampai di gerbang sekolah. Mendengarkan adalah simple reward for N!
Kisah lain tentang I, anak yang belum berkembang dalam memusatkan perhatian. Tiba-tiba mengajari teman-temannya salat ketika di kelas, dua hari sebelumnya memang ada pembelajaran salat tapi dia tidak mengikuti. Begitu melihat hal tersebut, gurupun langsung memberi pujian. Dan tiap kali ada kegiaan salat, I paling rajin dan mengajak teman-temannya untuk salat. Jadi, mari mulai dari sesuatu yang simple untuk mewujudkan multi level motivasi bagi anak. Bravo guru bercitarasa trainer dan motivator!
 gambar diambil dari newteknoes.com

Hasil gambar untuk gambar animasi guru mengajar

MENYIKAPI PERILAKU NEGATIF ANAK




            Sebuah pesan masuk ke layar gawai beberapa waktu lalu di pagi hari. Rupanya suami saya membacanya, kemudian meminta saya untuk membacanya. Namun, karena ada kesibukan akhirnya pesan tersebut baru terbaca ketika sore hari. Sayapun terperanjat ketika membacanya, di pesan tersebut tertulis “Mohon maaf bu, buku anak saya selalu penuh dengan coretan dan ketika saya desak siapa yang melakukannya, ga pernah dijawab oleh anak saya. Akhirnya tadi anak saya baru menjawab bahwa yang corat-coret bukunya adalah F, anak ibu. Mohon maaf bu, saya ga bermaksud apa-apa. Terima kasih”
            Ayah Bunda, pernahkah mendapat aduan atas tindakan anak kita? Bagaimana rasanya? Tentu macam-macam rasanya ya. Mungkin ada selintas rasa dan pikiran, “ah anak saya begitu nurut kok kalo di rumah. Masa si anak saya begitu? Kan kata bu guru di kelasnya anakku baik”. Dan masih banyak lagi aneka penyangkalan atas tindakan anak kita. Intinya, alam bawah sadar kita sebagai orang tua pasti akan “merasa” anak kita baik dan manis perilakunya.
            Tapi, please wake up, parents! Mari bangun dari mimpi. Anak kita tak selamanya sebaik dan semanis sangkaan kita. Pasti ada masanya mereka melakukan hal-hal yang tidak kita duga. Dan saya sadar betul bahwa masih beruntung anak saya hanya mencorat-coret buku temannya. Artinya, kesalahannya tidak terlalu fatal. Di luar sana masih banyak orang tua yang sering sekali menghadapi aduan tentang perilaku anaknya karena memukul, mencubit, menendang, meneriaki teman dan lain sebagainya, dan itu mengharuskan orang tua untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan anaknya. Jengkel dan sedih terhadap anak kita? Pasti ! namun, ingat mereka tanggung jawab kita, dan harus kita koreksi agar ke depannya tidak makin menjadi.
            Lalu mengapa anak kita kok perilakunya berubah ketika tidak bersama kita? Banyak sekali faktor yang melatarbelakangi anak tampak manis dan penurut di hadapan orang tua, tapi bertingkah tidak sesuai harapan ketika di luar pantauan orang tua. Bisa karena factor teman, lingkungan, tontonan, tuntunan atau idola di sekitar. Yah, banyak faktor ya Ayah Bunda. Yang pasti, kita sebagai orang tua tak mampu untuk menaklukkan faktor faktor eksternal tersebut. Yang bisa kita rangkul dan taklukkan adalah anak kita. Jadi, sehebat dan sekeren apapun jabatan kita, akan sulit rasanya menaklukkan faktor eksternal tersebut. Terus, apa yang harus kita lakukan?
            Pertama, koreksi komunikasi kita dengan anak! Bisa jadi kita hanya sekedar ngobrol rutinitas yang menjemukan seperti say hello saja, bertanya tentang PR dan lain lain yang tiap hari ajuan pertanyaan kita sama. Helloow Ayah Bunda, kita bukan robot kan ? So, usahakan untuk menciptakan obrolan yang nyaman dengan anak, sehingga anak akan mengungkapkan apa yang ada di lubuk hatinya.
            Selanjutnya, ketika kita sudah menciptakan komunikasi yang saling terbuka dan nyaman tapi masih ada saja aduan tentang perilaku anak kita. Tunjukkan aduan tersebut kepada buah hati kita dan tunggu reaksinya spontan yang akan dia ungkapkan ketika membacanya. Ada yang ekspresinya diam saja, ada yang langsung membeberkan kronologis kejadian dan alasan mengapa melakukan hal tersebut. That’s the point! Ketika anak sudah mengajukan alasan dan menceritakan kronologisnya, biarkan dia menyimpulkan sendiri tindakannya sudah benar atau tidak. Walaupun ternyata anak kita di pihak yang benar, namun bukti yang ada adalah justru anak kita yang berbuat fatal maka uraikan bagaimana cara membela diri yang baik, minimal langsung melaporkan ke guru atau orang dewasa lain kejadian sebenarnya.
            Kemudian, bagaimana sikap kita terhadap aduan perilaku anak yang tidak sesuai harapan? Pertama, walaupun memang mengejutkan ya tapi alangkah baiknya untuk tetap tenang dan tahan diri serta dengarkan/baca aduan tersebut. Intinya, perlu diingat adalah bahwa anak kita juga manusia tempatnya berbuat alpa, bukan robot yang sudah kita set berbuat baik terus. Alangkah baiknya kita meminta maaf terlebih dahulu dan nanti akan menegur anak kita, tentunya dengan diselipi informasi kronologis kejadian menurut versi anak kita. Sehingga akan jelas pula permasalahan yang ada. Kemudian jalin komunikasi terhadap teman anak kita yang sudah mendapat perlakuan tidak baik dari anak kita. Selanjutnya, mari berdamai dengan keadaan anak kita, apapun itu. Justru dengan berdamai akan makin memudahkan tujuan kita mendidik anak agar berkembang sesuai harapan dan makin baik. Kita sebagai orang tua akan selalu diamati dan dicontoh oleh anak kita sehingga segala hal perilaku kita ketika menyikapi tindakan mereka, pasti akan menorehkan pengalaman dan keteladanan baru bagi mereka. Salam edukasi ramah anak!
  

gambar diambil dari ilhamakbar.wordpress.com
Hasil gambar untuk gambar animasi anak laki laki   memukul teman

Minggu, 24 Desember 2017

Ketika Si Kecil Susah Tidur



Pernahkah mama-mama mengalami anak belum tidur padahal waktu sudah larut malam? Sementara esok pagi harus berangkat sekolah. Terkadang sebagai orang tua, kita menyikapinya dengan uring-uringan. Alih-alih anak bisa tidur, malah akhirnya melek sampai malam karena mendengar uring-uringan kita.
Suatu waktu anak saya F, 6 tahun, belum bisa tidur sampai larut. Kala itu sikap saya hanya memberitahu bahwa sudah waktunya tidur, kemudian mematikan semua lampu di rumah dan memastikan kondisi aman dari hal-hal atau benda-benda berbahaya disekitar tempat tidur kemudian sayapun pura-pura tertidur. Beberapa saat kemudian F ikutan tertidur. Suatu waktu F pun terkadang bermain sebentar di kasur sampai mengantuk tiba. Hal utama ketika kita sudah terlampau lelah untuk mengikuti begadangnya anak kita, pastikan kondisi sekitar aman dari benda atau hal berbahaya bagi anak.
Keesokan harinya di kala senggang, coba tanyakan kepada anak mengapa tidak bisa tidur. Hal ini perlu dilakukan agar kita mengetahui secara pasti hal-hal yang membuat anak tidak bisa terlelap tidur pada awal waktu. Pancing anak agar terbuka mengemukakan alasannya. Agar kita bisa mengantisipasi dan bisa secepatnya menangani anak yang susah tidur.
Namun, bagaimana apabila susah tidur ini terjadi pada anak yang belum bisa diajak komunikasi? Maka sang ibu harus memahami kebiasaan anak sebelum tidur, apakah kebutuhan-kebutuhan sebelum tidur terpenuhi ataukah belum. Bisa juga cek kondisi kesehatan anak, siapa tahu ada anggota tubuh yang sakit. Atau kemungkinan lain dari suhu atau cuaca yang tidak membuat nyaman anak.
Untuk anak-anak, penyebab tidak bisa tidur salah satunya karena factor emosi. Bisa karena terlalu senang, atau terlalu sedih, marah, jengkel terhadap keluarga atau teman dan lingkungannya. Seperti F, ketika saya tanya ternyata dia terlalu bahagia karena mendapatkan mobil-mobilan dari pakdhenya. Hal sederhana bagi kita tapi ternyata begitu bahagia bagi anak.
Tidur siang yang terlalu lama juga bisa menjadi penyebab makin larutnya tidur malam si kecil. Bila ini yang menjadi penyebabnya,  usahakan untuk mengurangi tidur siang anak.

Beberapa  tips ketika kita tidak bisa membersamai anak saat begadang yaitu, selalu mengkondisikan waktu untuk tidur seperti lampu-lampu di rumah dimatikan, kita juga bersiap untuk tidur. Bila anak masih terlihat mampu untuk begadang sementara kita sudah tidak mampu membersamai anak, maka solusinya adalah memastikan kondisi sekitar anak aman dari hal atau benda yang membahayakan. Kemudian beritahu anak bahwa kita tidak bisa menemaninya melek. Beritahukan pula bahwa apabila ingin ke toilet si anak diharap memberitahu. Semoga bermanfaat. Selamat menemani anak dalam kondisi apapun!


Hasil gambar untuk gambar animasi anak susah tidur

gambar diambil dari tutorial.com

Senin, 11 Desember 2017

Kala Kakak Lebih Sering Mengalah Terhadap Adik




          Sebut saja J, 8 tahun, mempunyai adik F, 6 tahun. Layaknya kakak adik pada umumnya, mereka berdua main bersama, saling bertukar mainan, bertukar posisi, lalu ujung-ujungnya  bertukar pukulan atau cubitan karena rebutan mainan. Hal yang tak terduga inilah yang membuat orang tua bersikap reaktif. Alih-alih berusaha menenangkan mereka, malah ternyata justru orang tua yang harus ditenangkan dulu menghadapi hiruk pikuk anak  karena sikap reaktif orang tua sendiri.
Sebenarnya, sudah jamak bagi  orang tua mengalami kondisi bernama “Sibling Rivalry”. Apalagi orang tua dengan jumlah anak lebih dari dua dengan jarak usia anak yang berdekatan. Namanya juga sibling, kakak adik dalam satu rumah dengan berbeda keinginan dan kemauan pastilah akan terjadi benturan satu sama lain. Namanya juga anak-anak, terkadang hal yang diributkan hanya hal sepele. Namun, jangan salah ya sibling rivalry ini juga bisa terjadi pada kakak adik dewasa. Sebagai orang tua harus bijak menyikapi peristiwa ini agar tidak ada yang tersakiti baik kakak maupun adik. Agar kakak tak selalu diminta untuk mengalah. Namun, bagaimana caranya ?
Sebelumnya, perlu kita pahami bersama bahwa sibling rivalry ini merupakan ekspresi atau ungkapan marah satu sama lain. Seringkali ketika hal ini terjadi, kita sebagai orang tua selalu bersikap meminta kakak untuk mengalah saja dengan alasan si adik lebih kecil, lemah dan belum mengerti apa-apa. Hal ini akan membuat kakak merasa tidak diperhatikan, tidak percaya diri, lambat laun akan menjadi pribadi lembek yang tidak bisa mempertahankan pendapatnya. Hal ini jangan sampai terjadi ya. Diharapkan kita bisa menjadi penengah bagi anak-anak. ketika adik yang melanggar aturan, maka ada hukuman yang sesuai usianya. Begitupula jika kakak yang melanggar aturan.
Dalam sibling rivalry, anak saling mengungkapkan emosi marah, mempertahankan pendapatnya/haknya. Hal tersebut merupakan hal baik jika dilakukan tanpa kekerasan fisik. Artinya, coba kita tanamkan pada anak ketika marah kita harus bisa tahan diri dan tidak memukul kakak/adik, misalnya.
Lalu, ingatkan anak bahwa bila sudah  tidak tahan dalam mengungkapkan emosi, segera beritahu mama/papa apa yang terjadi. Bila terlanjur sudah terjadi adegan dramatis saling tukar pukulan dan cubitan atau hal lain yang bersifat kekerasan, maka segera leraikan dan biarkan mereka menangis terlebih dahulu. Karena nasehat apapun tidak akan di dengar disaat pertengkaran terjadi.
Setelah mereda, kemudian tanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Mulai masukkan nilai-nilai positif ketika mendengar masalah yang sebenarnya terjadi. Bila masalahnya karena berebut mainan, maka anjurkan untuk main bersama sehingga mainan tersebut akan menjadi milik bersama. Namun, sebagai orang tua kita harus sabar dan tak bosan menyikapi ketika anak kembali ber“sibling rivalry” padahal baru beberapa menit dinasehati. Nikmati proses ini ya Ayah Bunda, karena inilah ladang amal jariyah kita. Semoga bermanfaat!