Minggu, 10 Desember 2017

AGAR ANAK MAU MEMBERI DAN MEMINTA MAAF





            Saat pulang sekolah, kali ini anak-anak TK dihebohkan dengan tas N yang hilang. Padahal baru beberapa detik tas tersebut disimpan dekat pintu kelas, eh ternyata sudah raib. Dan ini merupakan kejadian pertama kalinya ada siswa yang kehilangan tas. Sebagai guru, saya dan rekan kerja tentunya bertanggung jawab atas situasi ini karena masih berada di lingkungan sekolah. Kami berpikir ini hanyalah sebuah candaan anak terhadap temannya dengan cara menyembunyikan tas. Akhirnya, kami pun mengurai kasus ini dengan mencari tas ke segala penjuru dan upaya terakhir mendekati dan menanyai anak yang biasanya mempunyai candaan tingkat tinggi. Apa yang terjadi ketika kami menanyai anak tersebut? Dengan polosnya, anak tersebut berkata “Saya yang membuang tas N ke tong sampah!”, jawabnya dengan lantang.
Jawaban yang polos, lugas dan tanpa indikasi perasaan bersalah ya. Namun, begitulah dunia anak. Sungguh selalu mengejutkan dan membuat kita terkaget-kaget dengan tingkahnya. Bagaimanapun, membincang tentang anak tentu tak lepas dengan karakter mereka yang penuh semangat mengelaborasi dan mengeksplorasi segala hal di sekeliling. Hal ini sering mengakibatkan terjadinya “benturan” kepentingan antar anak ketika bermain sehingga muncul adu tangis, rebutan bahkan sampai ada adegan pukul memukul. Adapula keisengan anak yang muncul dengan maksud bercanda dengan temannya tapi candaan tersebut malah berakibat buruk.
Apapun dan bagaimanapun karakter anak, apabila dibiarkan maka akan menjadi sebuah pembiasaan yang lama kelamaan akan menjadi karakter. Ya kalau pembiasaan tersebut baik, maka tak menjadi masalah. Namun, apabila pembiasaan itu dalam hal buruk semisal keisengan yang berakibat buruk bagi yang lain, maka hal ini harus di cut.  Jangan biarkan mengakar pada diri anak ! Senantiasa tanamkan pada diri anak agar mau memberi dan meminta maaf atas perbuatannya dan upayakan agar tidak mengulanginya. Bagaimana caranya? Yuk kita ulik bersama!
Ayah Bunda, satu hal yang utama adalah menjaga komunikasi yang baik dengan anak. Upayakan  pula agar anak leluasa bercerita tentang apa saja, baik itu tentang kebaikan atau keburukan yang mereka lakukan ke teman ataupun yang mereka dapat dari teman. Jika kenyamanan bercerita ini sudah terwujud, maka akan mudah bagi kita memasukkan pesan moral agar berbuat baik.
Tak lupa, gaungkan terus menerus kisah-kisah tentang kemuliaan member dan meminta maaf. Bisa dari kisah nabi, kisah dari biografi seseorang. Kisah-kisah  ini bisa disampaikan pada anak melalui dongeng, membaca bersama, membaca nyaring (read aloud), video, dan lainnya.
Selanjutnya, ketika anak bercerita tentang hal buruk yang menimpanya, semisal mendapat pukulan dari temannya, maka ajak anak untuk introspeksi apakah dia dulu yang melakukan hal tidak baik? Sehingga memicu reaksi dari temannya. Kemudian berikan solusi ketika mendapat perlakuan tidak baik yaitu  jangan diam saja, minimal laporkan kejadian tersebut kepada guru atau orang tua/dewasa di sekitarnya. Ini sebagai efek jera bagi si pelaku agar mengetahui perbuatannya salah dan tidak mengulanginya. Dan goal paling utama yaitu memasukkan pesan moral pada anak untuk memberi maaf karena ini merupakan tuntunan dalam agama dan norma di masyarakat untuk memaafkan sesamanya.
Namun apabila  justru anak kita yang melakukan hal buruk terhadap temannya, maka balikkan hal tersebut apabila menimpa dirinya.  Misal, seperti kisah N diatas. Maka anak yang membuang tas tersebut bisa kita ajak bicara bahwa sungguh tidak enak ketika tas kita dbuang teman. Ajak anak berdialog, melalui proses saintifik pula. Sehingga anak akan memahami sebab akibat atas perbuatannya juga akan memberikan pembelajaran pada anak untuk memahami perbuatan baik dan buruk. Anjurkan agar anak mau meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya. Apabila dia mengulangi lagi, maka akan mendapat konsekuensi atas pengulangan tersebut.
Lalu bagaimana dengan kisah N di atas? Kisah N akhirnya menjadi sebuah anekdot di kelas yang pada akhirnya mengerucut pada pembentukan karakter anak agar mau memberi dan meminta maaf kepada temannya serta tidak mengulanginya. Tentu saja pada dasarnya komunikasi yang baik antara orang dewasa di sekitar anak yang membuat kita mudah memasukkan pesan moral agar anak mau memberi dan meminta maaf serta tidak mengulanginya lagi. Yuk mari mulai menumbuhkan komunikasi yang baik dan efektif mulai dari sekarang!
Salam edukasi ramah anak!

0 komentar:

Posting Komentar