Saat pulang sekolah, kali ini
anak-anak TK dihebohkan dengan tas N yang hilang. Padahal baru beberapa detik
tas tersebut disimpan dekat pintu kelas, eh ternyata sudah raib. Dan ini
merupakan kejadian pertama kalinya ada siswa yang kehilangan tas. Sebagai guru,
saya dan rekan kerja tentunya bertanggung jawab atas situasi ini karena masih
berada di lingkungan sekolah. Kami berpikir ini hanyalah sebuah candaan anak
terhadap temannya dengan cara menyembunyikan tas. Akhirnya, kami pun mengurai
kasus ini dengan mencari tas ke segala penjuru dan upaya terakhir mendekati dan
menanyai anak yang biasanya mempunyai candaan tingkat tinggi. Apa yang terjadi ketika kami menanyai anak
tersebut? Dengan polosnya, anak tersebut berkata “Saya yang membuang tas N ke
tong sampah!”, jawabnya dengan lantang.
Jawaban yang
polos, lugas dan tanpa indikasi perasaan bersalah ya. Namun, begitulah dunia
anak. Sungguh selalu mengejutkan dan membuat kita terkaget-kaget dengan
tingkahnya. Bagaimanapun, membincang tentang anak tentu tak lepas dengan
karakter mereka yang penuh semangat mengelaborasi dan mengeksplorasi segala hal
di sekeliling. Hal ini sering mengakibatkan terjadinya “benturan” kepentingan
antar anak ketika bermain sehingga muncul adu tangis, rebutan bahkan sampai ada
adegan pukul memukul. Adapula keisengan anak yang muncul dengan maksud bercanda
dengan temannya tapi candaan tersebut malah berakibat buruk.
Apapun dan
bagaimanapun karakter anak, apabila dibiarkan maka akan menjadi sebuah
pembiasaan yang lama kelamaan akan menjadi karakter. Ya kalau pembiasaan
tersebut baik, maka tak menjadi masalah. Namun, apabila pembiasaan itu dalam
hal buruk semisal keisengan yang berakibat buruk bagi yang lain, maka hal ini
harus di cut. Jangan biarkan
mengakar pada diri anak ! Senantiasa tanamkan pada diri anak agar mau memberi
dan meminta maaf atas perbuatannya dan upayakan agar tidak mengulanginya.
Bagaimana caranya? Yuk kita ulik bersama!
Ayah Bunda,
satu hal yang utama adalah menjaga komunikasi yang baik dengan anak.
Upayakan pula agar anak leluasa
bercerita tentang apa saja, baik itu tentang kebaikan atau keburukan yang
mereka lakukan ke teman ataupun yang mereka dapat dari teman. Jika kenyamanan
bercerita ini sudah terwujud, maka akan mudah bagi kita memasukkan pesan moral
agar berbuat baik.
Tak lupa,
gaungkan terus menerus kisah-kisah tentang kemuliaan member dan meminta maaf.
Bisa dari kisah nabi, kisah dari biografi seseorang. Kisah-kisah ini bisa disampaikan pada anak melalui
dongeng, membaca bersama, membaca nyaring (read aloud), video, dan
lainnya.
Selanjutnya,
ketika anak bercerita tentang hal buruk yang menimpanya, semisal mendapat
pukulan dari temannya, maka ajak anak untuk introspeksi apakah dia dulu yang
melakukan hal tidak baik? Sehingga memicu reaksi dari temannya. Kemudian
berikan solusi ketika mendapat perlakuan tidak baik yaitu jangan diam saja, minimal laporkan kejadian
tersebut kepada guru atau orang tua/dewasa di sekitarnya. Ini sebagai efek jera
bagi si pelaku agar mengetahui perbuatannya salah dan tidak mengulanginya. Dan goal
paling utama yaitu memasukkan pesan moral pada anak untuk memberi maaf karena
ini merupakan tuntunan dalam agama dan norma di masyarakat untuk memaafkan
sesamanya.
Namun
apabila justru anak kita yang melakukan
hal buruk terhadap temannya, maka balikkan hal tersebut apabila menimpa
dirinya. Misal, seperti kisah N diatas.
Maka anak yang membuang tas tersebut bisa kita ajak bicara bahwa sungguh tidak
enak ketika tas kita dbuang teman. Ajak anak berdialog, melalui proses
saintifik pula. Sehingga anak akan memahami sebab akibat atas perbuatannya juga
akan memberikan pembelajaran pada anak untuk memahami perbuatan baik dan buruk.
Anjurkan agar anak mau meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya.
Apabila dia mengulangi lagi, maka akan mendapat konsekuensi atas pengulangan
tersebut.
Lalu bagaimana
dengan kisah N di atas? Kisah N akhirnya menjadi sebuah anekdot di kelas yang
pada akhirnya mengerucut pada pembentukan karakter anak agar mau memberi dan
meminta maaf kepada temannya serta tidak mengulanginya. Tentu saja pada
dasarnya komunikasi yang baik antara orang dewasa di sekitar anak yang membuat
kita mudah memasukkan pesan moral agar anak mau memberi dan meminta maaf serta
tidak mengulanginya lagi. Yuk mari mulai menumbuhkan komunikasi yang baik dan
efektif mulai dari sekarang!
Salam edukasi
ramah anak!
0 komentar:
Posting Komentar