Sebuah pesan masuk ke layar gawai
beberapa waktu lalu di pagi hari. Rupanya suami saya membacanya, kemudian
meminta saya untuk membacanya. Namun, karena ada kesibukan akhirnya pesan
tersebut baru terbaca ketika sore hari. Sayapun terperanjat ketika membacanya,
di pesan tersebut tertulis “Mohon maaf bu, buku anak saya selalu penuh dengan
coretan dan ketika saya desak siapa yang melakukannya, ga pernah dijawab oleh
anak saya. Akhirnya tadi anak saya baru menjawab bahwa yang corat-coret bukunya
adalah F, anak ibu. Mohon maaf bu, saya ga bermaksud apa-apa. Terima kasih”
Ayah Bunda, pernahkah mendapat aduan
atas tindakan anak kita? Bagaimana rasanya? Tentu macam-macam rasanya ya.
Mungkin ada selintas rasa dan pikiran, “ah anak saya begitu nurut kok kalo di
rumah. Masa si anak saya begitu? Kan kata bu guru di kelasnya anakku baik”. Dan
masih banyak lagi aneka penyangkalan atas tindakan anak kita. Intinya, alam
bawah sadar kita sebagai orang tua pasti akan “merasa” anak kita baik dan manis
perilakunya.
Tapi, please wake up, parents!
Mari bangun dari mimpi. Anak kita tak selamanya sebaik dan semanis sangkaan
kita. Pasti ada masanya mereka melakukan hal-hal yang tidak kita duga. Dan saya
sadar betul bahwa masih beruntung anak saya hanya mencorat-coret buku temannya.
Artinya, kesalahannya tidak terlalu fatal. Di luar sana masih banyak orang tua
yang sering sekali menghadapi aduan tentang perilaku anaknya karena memukul,
mencubit, menendang, meneriaki teman dan lain sebagainya, dan itu mengharuskan
orang tua untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan anaknya. Jengkel dan
sedih terhadap anak kita? Pasti ! namun, ingat mereka tanggung jawab kita, dan
harus kita koreksi agar ke depannya tidak makin menjadi.
Lalu mengapa anak kita kok
perilakunya berubah ketika tidak bersama kita? Banyak sekali faktor yang
melatarbelakangi anak tampak manis dan penurut di hadapan orang tua, tapi
bertingkah tidak sesuai harapan ketika di luar pantauan orang tua. Bisa karena
factor teman, lingkungan, tontonan, tuntunan atau idola di sekitar. Yah, banyak
faktor ya Ayah Bunda. Yang pasti, kita sebagai orang tua tak mampu untuk
menaklukkan faktor faktor eksternal tersebut. Yang bisa kita rangkul dan
taklukkan adalah anak kita. Jadi, sehebat dan sekeren apapun jabatan kita, akan
sulit rasanya menaklukkan faktor eksternal tersebut. Terus, apa yang harus kita
lakukan?
Pertama, koreksi komunikasi kita
dengan anak! Bisa jadi kita hanya sekedar ngobrol rutinitas yang menjemukan
seperti say hello saja, bertanya tentang PR dan lain lain yang tiap hari
ajuan pertanyaan kita sama. Helloow Ayah Bunda, kita bukan robot kan ? So,
usahakan untuk menciptakan obrolan yang nyaman dengan anak, sehingga anak akan
mengungkapkan apa yang ada di lubuk hatinya.
Selanjutnya, ketika kita sudah
menciptakan komunikasi yang saling terbuka dan nyaman tapi masih ada saja aduan
tentang perilaku anak kita. Tunjukkan aduan tersebut kepada buah hati kita dan
tunggu reaksinya spontan yang akan dia ungkapkan ketika membacanya. Ada yang
ekspresinya diam saja, ada yang langsung membeberkan kronologis kejadian dan
alasan mengapa melakukan hal tersebut. That’s the point! Ketika anak
sudah mengajukan alasan dan menceritakan kronologisnya, biarkan dia
menyimpulkan sendiri tindakannya sudah benar atau tidak. Walaupun ternyata anak
kita di pihak yang benar, namun bukti yang ada adalah justru anak kita yang
berbuat fatal maka uraikan bagaimana cara membela diri yang baik, minimal
langsung melaporkan ke guru atau orang dewasa lain kejadian sebenarnya.
Kemudian, bagaimana sikap kita terhadap
aduan perilaku anak yang tidak sesuai harapan? Pertama, walaupun memang
mengejutkan ya tapi alangkah baiknya untuk tetap tenang dan tahan diri serta
dengarkan/baca aduan tersebut. Intinya, perlu diingat adalah bahwa anak kita
juga manusia tempatnya berbuat alpa, bukan robot yang sudah kita set berbuat
baik terus. Alangkah baiknya kita meminta maaf terlebih dahulu dan nanti akan
menegur anak kita, tentunya dengan diselipi informasi kronologis kejadian
menurut versi anak kita. Sehingga akan jelas pula permasalahan yang ada.
Kemudian jalin komunikasi terhadap teman anak kita yang sudah mendapat
perlakuan tidak baik dari anak kita. Selanjutnya, mari berdamai dengan keadaan
anak kita, apapun itu. Justru dengan berdamai akan makin memudahkan tujuan kita
mendidik anak agar berkembang sesuai harapan dan makin baik. Kita sebagai orang
tua akan selalu diamati dan dicontoh oleh anak kita sehingga segala hal
perilaku kita ketika menyikapi tindakan mereka, pasti akan menorehkan
pengalaman dan keteladanan baru bagi mereka. Salam edukasi ramah anak!
gambar diambil dari ilhamakbar.wordpress.com

0 komentar:
Posting Komentar