Minggu, 31 Desember 2017

MENYIKAPI PERILAKU NEGATIF ANAK




            Sebuah pesan masuk ke layar gawai beberapa waktu lalu di pagi hari. Rupanya suami saya membacanya, kemudian meminta saya untuk membacanya. Namun, karena ada kesibukan akhirnya pesan tersebut baru terbaca ketika sore hari. Sayapun terperanjat ketika membacanya, di pesan tersebut tertulis “Mohon maaf bu, buku anak saya selalu penuh dengan coretan dan ketika saya desak siapa yang melakukannya, ga pernah dijawab oleh anak saya. Akhirnya tadi anak saya baru menjawab bahwa yang corat-coret bukunya adalah F, anak ibu. Mohon maaf bu, saya ga bermaksud apa-apa. Terima kasih”
            Ayah Bunda, pernahkah mendapat aduan atas tindakan anak kita? Bagaimana rasanya? Tentu macam-macam rasanya ya. Mungkin ada selintas rasa dan pikiran, “ah anak saya begitu nurut kok kalo di rumah. Masa si anak saya begitu? Kan kata bu guru di kelasnya anakku baik”. Dan masih banyak lagi aneka penyangkalan atas tindakan anak kita. Intinya, alam bawah sadar kita sebagai orang tua pasti akan “merasa” anak kita baik dan manis perilakunya.
            Tapi, please wake up, parents! Mari bangun dari mimpi. Anak kita tak selamanya sebaik dan semanis sangkaan kita. Pasti ada masanya mereka melakukan hal-hal yang tidak kita duga. Dan saya sadar betul bahwa masih beruntung anak saya hanya mencorat-coret buku temannya. Artinya, kesalahannya tidak terlalu fatal. Di luar sana masih banyak orang tua yang sering sekali menghadapi aduan tentang perilaku anaknya karena memukul, mencubit, menendang, meneriaki teman dan lain sebagainya, dan itu mengharuskan orang tua untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan anaknya. Jengkel dan sedih terhadap anak kita? Pasti ! namun, ingat mereka tanggung jawab kita, dan harus kita koreksi agar ke depannya tidak makin menjadi.
            Lalu mengapa anak kita kok perilakunya berubah ketika tidak bersama kita? Banyak sekali faktor yang melatarbelakangi anak tampak manis dan penurut di hadapan orang tua, tapi bertingkah tidak sesuai harapan ketika di luar pantauan orang tua. Bisa karena factor teman, lingkungan, tontonan, tuntunan atau idola di sekitar. Yah, banyak faktor ya Ayah Bunda. Yang pasti, kita sebagai orang tua tak mampu untuk menaklukkan faktor faktor eksternal tersebut. Yang bisa kita rangkul dan taklukkan adalah anak kita. Jadi, sehebat dan sekeren apapun jabatan kita, akan sulit rasanya menaklukkan faktor eksternal tersebut. Terus, apa yang harus kita lakukan?
            Pertama, koreksi komunikasi kita dengan anak! Bisa jadi kita hanya sekedar ngobrol rutinitas yang menjemukan seperti say hello saja, bertanya tentang PR dan lain lain yang tiap hari ajuan pertanyaan kita sama. Helloow Ayah Bunda, kita bukan robot kan ? So, usahakan untuk menciptakan obrolan yang nyaman dengan anak, sehingga anak akan mengungkapkan apa yang ada di lubuk hatinya.
            Selanjutnya, ketika kita sudah menciptakan komunikasi yang saling terbuka dan nyaman tapi masih ada saja aduan tentang perilaku anak kita. Tunjukkan aduan tersebut kepada buah hati kita dan tunggu reaksinya spontan yang akan dia ungkapkan ketika membacanya. Ada yang ekspresinya diam saja, ada yang langsung membeberkan kronologis kejadian dan alasan mengapa melakukan hal tersebut. That’s the point! Ketika anak sudah mengajukan alasan dan menceritakan kronologisnya, biarkan dia menyimpulkan sendiri tindakannya sudah benar atau tidak. Walaupun ternyata anak kita di pihak yang benar, namun bukti yang ada adalah justru anak kita yang berbuat fatal maka uraikan bagaimana cara membela diri yang baik, minimal langsung melaporkan ke guru atau orang dewasa lain kejadian sebenarnya.
            Kemudian, bagaimana sikap kita terhadap aduan perilaku anak yang tidak sesuai harapan? Pertama, walaupun memang mengejutkan ya tapi alangkah baiknya untuk tetap tenang dan tahan diri serta dengarkan/baca aduan tersebut. Intinya, perlu diingat adalah bahwa anak kita juga manusia tempatnya berbuat alpa, bukan robot yang sudah kita set berbuat baik terus. Alangkah baiknya kita meminta maaf terlebih dahulu dan nanti akan menegur anak kita, tentunya dengan diselipi informasi kronologis kejadian menurut versi anak kita. Sehingga akan jelas pula permasalahan yang ada. Kemudian jalin komunikasi terhadap teman anak kita yang sudah mendapat perlakuan tidak baik dari anak kita. Selanjutnya, mari berdamai dengan keadaan anak kita, apapun itu. Justru dengan berdamai akan makin memudahkan tujuan kita mendidik anak agar berkembang sesuai harapan dan makin baik. Kita sebagai orang tua akan selalu diamati dan dicontoh oleh anak kita sehingga segala hal perilaku kita ketika menyikapi tindakan mereka, pasti akan menorehkan pengalaman dan keteladanan baru bagi mereka. Salam edukasi ramah anak!
  

gambar diambil dari ilhamakbar.wordpress.com
Hasil gambar untuk gambar animasi anak laki laki   memukul teman

0 komentar:

Posting Komentar