Pernah melihat tayangan sinetron
dunia terbalik? Bagi penggemar sinetron ini, (semoga) masih ingat dengan adegan
ketika Ustad Kemed menanyakan kenapa Mang Ocat berani-beraninya selingkuh
dengan Yati. Jawaban Mang Ocat, sungguh di luar dugaan ! Bukan karena Yati
lebih cantik dari istri Mang Ocat, dan juga bukan karena keinginan untuk
poligami. Tapi lebih karena Mang Ocat merasa kurang diperhatikan oleh Ustad
Kemed. Ya, hanya karena sebuah perhatian yang makin berkurang! Mang Ocat merasa
bahwa Ustad Kemet jarang sekali menanyakan keberadaan Mang Ocat yang jarang ke
masjid untuk salat jama’ah maupun menjadi muadzin. Karena hal demikianlah maka
dalam diri Mang Ocat timbul rasa tidak berharga dan tidak dibutuhkan oleh warga
Ciraos. Sehingga memicu tindakan yang tidak patut di contoh hanya untuk
mendapat perhatian kembali dari Ustad Kemed dan warga Ciraos.
Lalu, apa hubungannya dengan
parenting yang membahas dunia anak beserta problem dan solusinya? Nah, pada
saat Mang Ocat memaparkan alasannya tersebut, secara tidak sadar kita akan
mencap tindakan Mang Ocat itu kekanak-kanakan! Tidak pantas dilakukan oleh
orang yang sudah menyandang atribut “bapak”
Ya, disinilah letak parenting itu
berada. Pastinya kita sering sekali menemui anak-anak yang berbuat “aneh” atau
mungkin melanggar norma hanya untuk mendapatkan atensi, perhatian dari orang di
sekitarnya. Contohnya, ketika sibling rivalry, kecemburuan kakak
terhadap bayi yang baru lahir. Kemudian, ada pula adegan tangis ketika bermain
antara kakak dan adik. Semua hal tersebut muncul adakalanya dipicu untuk
mencari perhatian orang tua. Anak-anak merasa tidak diperhatikan orang tua yang
sibuk bekerja, ataupun main HP.
Lalu apa yang dilakukan orang tua
ketika menghadapi hal demikian ? Kembali ke “Dunia Terbalik”, Ustad Kemed
mengambil langkah merangkul kembali mang Ocat dengan mengajaknya kembali ke
masjid tapi dengan perjanjian tidak mengulangi lagi perbuatannya tersebut.
Ternyata ini efektif juga daripada hanya menghukum yang belum tentu ada efek
jeranya.
So, langkah awal kita sebagai
orang tua yaitu mengubah persepsi bahwa memberikan perhatian kepada anak bukan
sekedar memenuhi kebutuhan dan keinginan anak. Masih banyak cara sederhana
sebagai symbol perhatian kepada anak. Seperti, say hello dan menanyakan
kabar anak, meluangkan waktu untuk ngobrol dengan anak. Ini merupakan cara
merangkul anak agar mendekat kembali kepada kita. Luangkan waktu walaupun hanya
beberapa menit untuk membersamainya, mengetahui isi hatinya dengan cara
sharing, ngobrol dari hati ke hati. Ketahui apa yang melatarbelakangi anak kita
melakukan hal-hal yang “mencari perhatian”.
Selanjutnya, untuk meminimalisir
perbuatan negative karena ingin “caper” terhadap orangtuanya bisa dengan
beraktifitas bersama anak. Dalam arti membuat aktifitas bersama seperti
memasak, berkebun, jalan-jalan ataupun melakukan hobi yang disukai anak. Ketika
anak sudah kembali ke kita, mulai buat kesepakatan hal-hal apa saja yang boleh
dan tidak boleh dilakukan dan konsekuensinya apa ketika kesepakatan itu
terlanggar. Lakukan hal tersebut dengan enjoy, tidak kaku seperti hukum
tertulis. Gaungkan nilai-nilai positif yang kita harapkan ada pada anak dan
selalu ingatkan anak. Semua memang butuh waktu agar anak memahami bahwa kita
sangat memperhatikan dan mengharapkannya menjadi lebih berkarakter positif.
Setelah semua dilakukan, saatnya
kita menuai harapan dari keistiqomahan kita memperhatikan anak. Semangat!
0 komentar:
Posting Komentar