Jumat, 13 Oktober 2017

PRIBADI MINYAK





            Apa yang terbersit di benak Ayah Bunda dengan istilah “Pribadi Minyak”? Mari sejenak Ayah Bunda bayangkan minyak  yang lebih berat massanya dibanding jenis benda cair lainnya, kemudian sifatnya yang tidak bisa bercampur dengan benda cair lainnya. Begitu pula dengan pribadi minyak, merupakan pribadi yang sulit untuk berbaur dengan orang lain. Anak dengan kepribadian minyak ini biasanya anak yang pendiam, pemalu, introvert, kurang percaya diri dan mempunya kecerdasan intrapersonal sehingga menyebabkan mereka lebih memilih menyendiri dibanding bersama temannya. Berada bersama teman, tetapi tidak ikut bermain bersma yang lain. Bagaimana bila pribadi minyak ini menimpa anak kita ? Apa yang harus kita lakukan ?          
Mendidik dan menjaga tumbuh kembang anak usia dini memang susah-susah gampang. Anak dengan berbagai karakternya, baik yang menjengkelkan maupun yang membanggakan, tetap harus kita syukuri. Sebagai orang tua, kita harus selalu ingat ungkapan “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Bagaimanapun kita sebagai orang tua mempunyai andil besar dalam menurunkan karakter pada anak..Jika anak kita mempunyai karakter yang sulit sekali berbaur dengan temannya, maka yang pertama Ayah Bunda lakukan adalah wajib introspeksi terhadap diri sendiri apakah kita juga mempunyai sifat tersebut ? bila iya, tanyakan kembali ke diri kita apa saja kesulitan-kesulitan yang kita alami bila mempunyai kepribadian minyak.  Ini tentunya sebagai antisipasi bagi anak kita agar tidak mengalami  kesulitan yang pernah kita alami.
Adapun salah satu kesulitan anak dengan kepribadian minyak ini adalah kuper alias kurang pergaulan. Walaupun mempunyai kepribadian minyak, namun usahakan anak tetap mempunyai wawasan yang kekinian sehingga tidak menghambat anak untuk tetap berkomunikasi dengan anak lain. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membaca buku, majalah bersama anak, menonton video-video edukasi, bisa pula mengajak anak ke tempat-tempat bermain, perpustakaan, tempat wisata yang kiranya memberikan pengalaman yang menyenangkan sehingga bisa diceritakan kepada teman atau saudaranya.
Selalu memotivasi anak agar kepercayaan dirinya tumbuh, bisa dengan cara memberikan pujian, penghargaan atas tindakannya. Jangan lupa berikan kepercayaan pada anak dalam mengerjakan apapun. Biarka anak mengatur dan mengupayakan jadwalnya sendiri. Usahakan tidak membandingkan anak dengan teman atau saudaranya. Sangatlah bijak bila membandingkan anak kondisi sekarang dengan sebelumnya.
Jaga selalu komunikasi kita dengan anak agar apapun keluhan dan curahan hati anak selalu kita yang pertama kali mendengar. Ajak anak untuk urun rembug, sharing, diskusi tentang berbagai hal. Hargai pendapatnya!
Ohya, jangan pernah batasi anak dengan siapa dia bergaul. Bekali anak dengan kesiapan tahan bully-an, agar bila ada yang membully maka tidak akan membuat dia down  secara mental. Bilapun dia bergaul dengan anak yang menurut kita kurang baik karakternya, jadikan hal tersebut sebagai warna di kehidupannya dan ajak anak untuk mengambil pelajaran dari karakter teman yang kurang baik. Ajak anak untuk bersosialisasi, bisa dengan cara mengikutkan anak ke dalam acara kumpul-kumpul acara di tempat kerja kita yang tentunya disitu juga terdapat banyak anak lainnya.
Menjadi orang tua merupakan ajang introspeksi sekaligus wadah untuk lebih “menerima” apapun yang diberikanNya terhadap anak kita. Apapun solusi yang dipaparkan disini, ikatan orang tua dengan anak akan selalu membuahkan solusi yang pas untuk mengatasi kesenjangan pada anaknya. Inilah makna hakiki parenting di kala genting!
IMG-20160602-WA0012 Nur Fitri Agustin, S. Pd (Guru di TKIT IBNU ABBAS, Talun, Kab. Cirebon dan juga lulusan 2017 PGPAUD UMC)

0 komentar:

Posting Komentar