This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 31 Desember 2017

MENYIKAPI PERILAKU NEGATIF ANAK




            Sebuah pesan masuk ke layar gawai beberapa waktu lalu di pagi hari. Rupanya suami saya membacanya, kemudian meminta saya untuk membacanya. Namun, karena ada kesibukan akhirnya pesan tersebut baru terbaca ketika sore hari. Sayapun terperanjat ketika membacanya, di pesan tersebut tertulis “Mohon maaf bu, buku anak saya selalu penuh dengan coretan dan ketika saya desak siapa yang melakukannya, ga pernah dijawab oleh anak saya. Akhirnya tadi anak saya baru menjawab bahwa yang corat-coret bukunya adalah F, anak ibu. Mohon maaf bu, saya ga bermaksud apa-apa. Terima kasih”
            Ayah Bunda, pernahkah mendapat aduan atas tindakan anak kita? Bagaimana rasanya? Tentu macam-macam rasanya ya. Mungkin ada selintas rasa dan pikiran, “ah anak saya begitu nurut kok kalo di rumah. Masa si anak saya begitu? Kan kata bu guru di kelasnya anakku baik”. Dan masih banyak lagi aneka penyangkalan atas tindakan anak kita. Intinya, alam bawah sadar kita sebagai orang tua pasti akan “merasa” anak kita baik dan manis perilakunya.
            Tapi, please wake up, parents! Mari bangun dari mimpi. Anak kita tak selamanya sebaik dan semanis sangkaan kita. Pasti ada masanya mereka melakukan hal-hal yang tidak kita duga. Dan saya sadar betul bahwa masih beruntung anak saya hanya mencorat-coret buku temannya. Artinya, kesalahannya tidak terlalu fatal. Di luar sana masih banyak orang tua yang sering sekali menghadapi aduan tentang perilaku anaknya karena memukul, mencubit, menendang, meneriaki teman dan lain sebagainya, dan itu mengharuskan orang tua untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan anaknya. Jengkel dan sedih terhadap anak kita? Pasti ! namun, ingat mereka tanggung jawab kita, dan harus kita koreksi agar ke depannya tidak makin menjadi.
            Lalu mengapa anak kita kok perilakunya berubah ketika tidak bersama kita? Banyak sekali faktor yang melatarbelakangi anak tampak manis dan penurut di hadapan orang tua, tapi bertingkah tidak sesuai harapan ketika di luar pantauan orang tua. Bisa karena factor teman, lingkungan, tontonan, tuntunan atau idola di sekitar. Yah, banyak faktor ya Ayah Bunda. Yang pasti, kita sebagai orang tua tak mampu untuk menaklukkan faktor faktor eksternal tersebut. Yang bisa kita rangkul dan taklukkan adalah anak kita. Jadi, sehebat dan sekeren apapun jabatan kita, akan sulit rasanya menaklukkan faktor eksternal tersebut. Terus, apa yang harus kita lakukan?
            Pertama, koreksi komunikasi kita dengan anak! Bisa jadi kita hanya sekedar ngobrol rutinitas yang menjemukan seperti say hello saja, bertanya tentang PR dan lain lain yang tiap hari ajuan pertanyaan kita sama. Helloow Ayah Bunda, kita bukan robot kan ? So, usahakan untuk menciptakan obrolan yang nyaman dengan anak, sehingga anak akan mengungkapkan apa yang ada di lubuk hatinya.
            Selanjutnya, ketika kita sudah menciptakan komunikasi yang saling terbuka dan nyaman tapi masih ada saja aduan tentang perilaku anak kita. Tunjukkan aduan tersebut kepada buah hati kita dan tunggu reaksinya spontan yang akan dia ungkapkan ketika membacanya. Ada yang ekspresinya diam saja, ada yang langsung membeberkan kronologis kejadian dan alasan mengapa melakukan hal tersebut. That’s the point! Ketika anak sudah mengajukan alasan dan menceritakan kronologisnya, biarkan dia menyimpulkan sendiri tindakannya sudah benar atau tidak. Walaupun ternyata anak kita di pihak yang benar, namun bukti yang ada adalah justru anak kita yang berbuat fatal maka uraikan bagaimana cara membela diri yang baik, minimal langsung melaporkan ke guru atau orang dewasa lain kejadian sebenarnya.
            Kemudian, bagaimana sikap kita terhadap aduan perilaku anak yang tidak sesuai harapan? Pertama, walaupun memang mengejutkan ya tapi alangkah baiknya untuk tetap tenang dan tahan diri serta dengarkan/baca aduan tersebut. Intinya, perlu diingat adalah bahwa anak kita juga manusia tempatnya berbuat alpa, bukan robot yang sudah kita set berbuat baik terus. Alangkah baiknya kita meminta maaf terlebih dahulu dan nanti akan menegur anak kita, tentunya dengan diselipi informasi kronologis kejadian menurut versi anak kita. Sehingga akan jelas pula permasalahan yang ada. Kemudian jalin komunikasi terhadap teman anak kita yang sudah mendapat perlakuan tidak baik dari anak kita. Selanjutnya, mari berdamai dengan keadaan anak kita, apapun itu. Justru dengan berdamai akan makin memudahkan tujuan kita mendidik anak agar berkembang sesuai harapan dan makin baik. Kita sebagai orang tua akan selalu diamati dan dicontoh oleh anak kita sehingga segala hal perilaku kita ketika menyikapi tindakan mereka, pasti akan menorehkan pengalaman dan keteladanan baru bagi mereka. Salam edukasi ramah anak!
  

gambar diambil dari ilhamakbar.wordpress.com
Hasil gambar untuk gambar animasi anak laki laki   memukul teman

Minggu, 24 Desember 2017

Ketika Si Kecil Susah Tidur



Pernahkah mama-mama mengalami anak belum tidur padahal waktu sudah larut malam? Sementara esok pagi harus berangkat sekolah. Terkadang sebagai orang tua, kita menyikapinya dengan uring-uringan. Alih-alih anak bisa tidur, malah akhirnya melek sampai malam karena mendengar uring-uringan kita.
Suatu waktu anak saya F, 6 tahun, belum bisa tidur sampai larut. Kala itu sikap saya hanya memberitahu bahwa sudah waktunya tidur, kemudian mematikan semua lampu di rumah dan memastikan kondisi aman dari hal-hal atau benda-benda berbahaya disekitar tempat tidur kemudian sayapun pura-pura tertidur. Beberapa saat kemudian F ikutan tertidur. Suatu waktu F pun terkadang bermain sebentar di kasur sampai mengantuk tiba. Hal utama ketika kita sudah terlampau lelah untuk mengikuti begadangnya anak kita, pastikan kondisi sekitar aman dari benda atau hal berbahaya bagi anak.
Keesokan harinya di kala senggang, coba tanyakan kepada anak mengapa tidak bisa tidur. Hal ini perlu dilakukan agar kita mengetahui secara pasti hal-hal yang membuat anak tidak bisa terlelap tidur pada awal waktu. Pancing anak agar terbuka mengemukakan alasannya. Agar kita bisa mengantisipasi dan bisa secepatnya menangani anak yang susah tidur.
Namun, bagaimana apabila susah tidur ini terjadi pada anak yang belum bisa diajak komunikasi? Maka sang ibu harus memahami kebiasaan anak sebelum tidur, apakah kebutuhan-kebutuhan sebelum tidur terpenuhi ataukah belum. Bisa juga cek kondisi kesehatan anak, siapa tahu ada anggota tubuh yang sakit. Atau kemungkinan lain dari suhu atau cuaca yang tidak membuat nyaman anak.
Untuk anak-anak, penyebab tidak bisa tidur salah satunya karena factor emosi. Bisa karena terlalu senang, atau terlalu sedih, marah, jengkel terhadap keluarga atau teman dan lingkungannya. Seperti F, ketika saya tanya ternyata dia terlalu bahagia karena mendapatkan mobil-mobilan dari pakdhenya. Hal sederhana bagi kita tapi ternyata begitu bahagia bagi anak.
Tidur siang yang terlalu lama juga bisa menjadi penyebab makin larutnya tidur malam si kecil. Bila ini yang menjadi penyebabnya,  usahakan untuk mengurangi tidur siang anak.

Beberapa  tips ketika kita tidak bisa membersamai anak saat begadang yaitu, selalu mengkondisikan waktu untuk tidur seperti lampu-lampu di rumah dimatikan, kita juga bersiap untuk tidur. Bila anak masih terlihat mampu untuk begadang sementara kita sudah tidak mampu membersamai anak, maka solusinya adalah memastikan kondisi sekitar anak aman dari hal atau benda yang membahayakan. Kemudian beritahu anak bahwa kita tidak bisa menemaninya melek. Beritahukan pula bahwa apabila ingin ke toilet si anak diharap memberitahu. Semoga bermanfaat. Selamat menemani anak dalam kondisi apapun!


Hasil gambar untuk gambar animasi anak susah tidur

gambar diambil dari tutorial.com

Senin, 11 Desember 2017

Kala Kakak Lebih Sering Mengalah Terhadap Adik




          Sebut saja J, 8 tahun, mempunyai adik F, 6 tahun. Layaknya kakak adik pada umumnya, mereka berdua main bersama, saling bertukar mainan, bertukar posisi, lalu ujung-ujungnya  bertukar pukulan atau cubitan karena rebutan mainan. Hal yang tak terduga inilah yang membuat orang tua bersikap reaktif. Alih-alih berusaha menenangkan mereka, malah ternyata justru orang tua yang harus ditenangkan dulu menghadapi hiruk pikuk anak  karena sikap reaktif orang tua sendiri.
Sebenarnya, sudah jamak bagi  orang tua mengalami kondisi bernama “Sibling Rivalry”. Apalagi orang tua dengan jumlah anak lebih dari dua dengan jarak usia anak yang berdekatan. Namanya juga sibling, kakak adik dalam satu rumah dengan berbeda keinginan dan kemauan pastilah akan terjadi benturan satu sama lain. Namanya juga anak-anak, terkadang hal yang diributkan hanya hal sepele. Namun, jangan salah ya sibling rivalry ini juga bisa terjadi pada kakak adik dewasa. Sebagai orang tua harus bijak menyikapi peristiwa ini agar tidak ada yang tersakiti baik kakak maupun adik. Agar kakak tak selalu diminta untuk mengalah. Namun, bagaimana caranya ?
Sebelumnya, perlu kita pahami bersama bahwa sibling rivalry ini merupakan ekspresi atau ungkapan marah satu sama lain. Seringkali ketika hal ini terjadi, kita sebagai orang tua selalu bersikap meminta kakak untuk mengalah saja dengan alasan si adik lebih kecil, lemah dan belum mengerti apa-apa. Hal ini akan membuat kakak merasa tidak diperhatikan, tidak percaya diri, lambat laun akan menjadi pribadi lembek yang tidak bisa mempertahankan pendapatnya. Hal ini jangan sampai terjadi ya. Diharapkan kita bisa menjadi penengah bagi anak-anak. ketika adik yang melanggar aturan, maka ada hukuman yang sesuai usianya. Begitupula jika kakak yang melanggar aturan.
Dalam sibling rivalry, anak saling mengungkapkan emosi marah, mempertahankan pendapatnya/haknya. Hal tersebut merupakan hal baik jika dilakukan tanpa kekerasan fisik. Artinya, coba kita tanamkan pada anak ketika marah kita harus bisa tahan diri dan tidak memukul kakak/adik, misalnya.
Lalu, ingatkan anak bahwa bila sudah  tidak tahan dalam mengungkapkan emosi, segera beritahu mama/papa apa yang terjadi. Bila terlanjur sudah terjadi adegan dramatis saling tukar pukulan dan cubitan atau hal lain yang bersifat kekerasan, maka segera leraikan dan biarkan mereka menangis terlebih dahulu. Karena nasehat apapun tidak akan di dengar disaat pertengkaran terjadi.
Setelah mereda, kemudian tanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Mulai masukkan nilai-nilai positif ketika mendengar masalah yang sebenarnya terjadi. Bila masalahnya karena berebut mainan, maka anjurkan untuk main bersama sehingga mainan tersebut akan menjadi milik bersama. Namun, sebagai orang tua kita harus sabar dan tak bosan menyikapi ketika anak kembali ber“sibling rivalry” padahal baru beberapa menit dinasehati. Nikmati proses ini ya Ayah Bunda, karena inilah ladang amal jariyah kita. Semoga bermanfaat!

Kala Curiosity Si Kecil Tak Bisa Dibendung




          Kali ini kisah tentang S, si kecil usia 6 tahun yang menyukai mengutak-atik mobil-mobilan atau mainan yang lainnya. Selama ini orang tuanya welcome saja dengan tingkahnya. Namun, suatu hari S memainkan HP ayahnya. S sudah terbiasa memainkan video, kamera, game dari HP. Hari itu keisengan S timbul sehingga mengutak atik format HP ayahnya. Akibatnya banyak data dari HP yang hilang. Dan, orang tuapun mulai uring-uringan menghadapi tingkah S. Ada S, ada pula H yang sama tingkahnya. Namun, kali ini H memainkan computer dan kasusnya sama seperti S yang menghilangkan data di computer. Tak hanya HP, computer bahkan lipstick, bedak, dan alat kosmetik mama pun tak lupa terjamah oleh anak – anak. 
Anak-anak dengan tingkah khasnya, memang tak bisa disalahkan. Begitulah kodrat mereka yang terlahir dengan rasa ingin tahu yang tinggi, egosentris sehingga perlu ditumbuhkan, distimulus agar perkembangan mereka sesuai yang diharapkan.
Sebagai orangtua, ketika menyikapi kekurangan dan sikap anak-anak yang belum sesuai harapan maka mau tidak mau harus dengan bijaksana dan lapang dada. Ada kekhawatiran ketika kita menyikapi dengan sikap yang reaktif maka anak akan mandeg rasa ingin tahunya, fatalnya lagi anak enggan mencoba sesuatu yang baru atau malah antipati dengan orang tuanya.
Selain itu, tetap pantau apa apa yang mereka lakukan tapi tanpa ada pembatasan gerak. Pembatasan gerak akan membuat anak tertekan dan tidak menumbuhkan kreatifitas.  Aturan yang diberikan pada anak sebaiknya lebih kepada pemberitahuan efek apa yang akan terjadi bila dimainkan tidak sesuai aturan.
Selalu tanamkan bekal pengetahuan kepada anak untuk menghindari dan mengenal hal-hal atau benda benda yang berbahaya. Hal ini sebagai upaya mengenalkan perilaku keselamatan diri pada anak. Seperti mengenalkan bahayanya colokan listrik di rumah, bahayanya menyalakan kompor ketika sendiri dan lain-lain. Pembekalan pengetahuan keselamatan diri ini bisa diberikan melalui penayangan video, simulasi di sekolah dan lain lain yang sekiranya menyenangkan bagi anak.
Namun, seyogyianya orang tua dan guru juga tetap terus mengingatkan buah hati tentang keselamatan diri secara kontinyu. Dan pastikan kondisi sekitar anak aman dari benda atau hal berbahaya. Tak lupa, tanamkan kepada si kecil untuk meminta maaf ketika melakukan kesalahan karena keingintahuannya. Hal tersebut akan membuat si kecil bertanggung jawab dengan mengajak dia memikirkan solusi untuk memperbaiki kesalahannya. Dan senantiasa dampingi terus kala anak bermain sambil menyelami karakter dan keistimewaan buah hati kita yang istimewa. Semoga bermanfaat !