This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 10 Desember 2017

AGAR ANAK MAU MEMBERI DAN MEMINTA MAAF





            Saat pulang sekolah, kali ini anak-anak TK dihebohkan dengan tas N yang hilang. Padahal baru beberapa detik tas tersebut disimpan dekat pintu kelas, eh ternyata sudah raib. Dan ini merupakan kejadian pertama kalinya ada siswa yang kehilangan tas. Sebagai guru, saya dan rekan kerja tentunya bertanggung jawab atas situasi ini karena masih berada di lingkungan sekolah. Kami berpikir ini hanyalah sebuah candaan anak terhadap temannya dengan cara menyembunyikan tas. Akhirnya, kami pun mengurai kasus ini dengan mencari tas ke segala penjuru dan upaya terakhir mendekati dan menanyai anak yang biasanya mempunyai candaan tingkat tinggi. Apa yang terjadi ketika kami menanyai anak tersebut? Dengan polosnya, anak tersebut berkata “Saya yang membuang tas N ke tong sampah!”, jawabnya dengan lantang.
Jawaban yang polos, lugas dan tanpa indikasi perasaan bersalah ya. Namun, begitulah dunia anak. Sungguh selalu mengejutkan dan membuat kita terkaget-kaget dengan tingkahnya. Bagaimanapun, membincang tentang anak tentu tak lepas dengan karakter mereka yang penuh semangat mengelaborasi dan mengeksplorasi segala hal di sekeliling. Hal ini sering mengakibatkan terjadinya “benturan” kepentingan antar anak ketika bermain sehingga muncul adu tangis, rebutan bahkan sampai ada adegan pukul memukul. Adapula keisengan anak yang muncul dengan maksud bercanda dengan temannya tapi candaan tersebut malah berakibat buruk.
Apapun dan bagaimanapun karakter anak, apabila dibiarkan maka akan menjadi sebuah pembiasaan yang lama kelamaan akan menjadi karakter. Ya kalau pembiasaan tersebut baik, maka tak menjadi masalah. Namun, apabila pembiasaan itu dalam hal buruk semisal keisengan yang berakibat buruk bagi yang lain, maka hal ini harus di cut.  Jangan biarkan mengakar pada diri anak ! Senantiasa tanamkan pada diri anak agar mau memberi dan meminta maaf atas perbuatannya dan upayakan agar tidak mengulanginya. Bagaimana caranya? Yuk kita ulik bersama!
Ayah Bunda, satu hal yang utama adalah menjaga komunikasi yang baik dengan anak. Upayakan  pula agar anak leluasa bercerita tentang apa saja, baik itu tentang kebaikan atau keburukan yang mereka lakukan ke teman ataupun yang mereka dapat dari teman. Jika kenyamanan bercerita ini sudah terwujud, maka akan mudah bagi kita memasukkan pesan moral agar berbuat baik.
Tak lupa, gaungkan terus menerus kisah-kisah tentang kemuliaan member dan meminta maaf. Bisa dari kisah nabi, kisah dari biografi seseorang. Kisah-kisah  ini bisa disampaikan pada anak melalui dongeng, membaca bersama, membaca nyaring (read aloud), video, dan lainnya.
Selanjutnya, ketika anak bercerita tentang hal buruk yang menimpanya, semisal mendapat pukulan dari temannya, maka ajak anak untuk introspeksi apakah dia dulu yang melakukan hal tidak baik? Sehingga memicu reaksi dari temannya. Kemudian berikan solusi ketika mendapat perlakuan tidak baik yaitu  jangan diam saja, minimal laporkan kejadian tersebut kepada guru atau orang tua/dewasa di sekitarnya. Ini sebagai efek jera bagi si pelaku agar mengetahui perbuatannya salah dan tidak mengulanginya. Dan goal paling utama yaitu memasukkan pesan moral pada anak untuk memberi maaf karena ini merupakan tuntunan dalam agama dan norma di masyarakat untuk memaafkan sesamanya.
Namun apabila  justru anak kita yang melakukan hal buruk terhadap temannya, maka balikkan hal tersebut apabila menimpa dirinya.  Misal, seperti kisah N diatas. Maka anak yang membuang tas tersebut bisa kita ajak bicara bahwa sungguh tidak enak ketika tas kita dbuang teman. Ajak anak berdialog, melalui proses saintifik pula. Sehingga anak akan memahami sebab akibat atas perbuatannya juga akan memberikan pembelajaran pada anak untuk memahami perbuatan baik dan buruk. Anjurkan agar anak mau meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya. Apabila dia mengulangi lagi, maka akan mendapat konsekuensi atas pengulangan tersebut.
Lalu bagaimana dengan kisah N di atas? Kisah N akhirnya menjadi sebuah anekdot di kelas yang pada akhirnya mengerucut pada pembentukan karakter anak agar mau memberi dan meminta maaf kepada temannya serta tidak mengulanginya. Tentu saja pada dasarnya komunikasi yang baik antara orang dewasa di sekitar anak yang membuat kita mudah memasukkan pesan moral agar anak mau memberi dan meminta maaf serta tidak mengulanginya lagi. Yuk mari mulai menumbuhkan komunikasi yang baik dan efektif mulai dari sekarang!
Salam edukasi ramah anak!

PARENTING ALA DUNIA TERBALIK





            Pernah melihat tayangan sinetron dunia terbalik? Bagi penggemar sinetron ini, (semoga) masih ingat dengan adegan ketika Ustad Kemed menanyakan kenapa Mang Ocat berani-beraninya selingkuh dengan Yati. Jawaban Mang Ocat, sungguh di luar dugaan ! Bukan karena Yati lebih cantik dari istri Mang Ocat, dan juga bukan karena keinginan untuk poligami. Tapi lebih karena Mang Ocat merasa kurang diperhatikan oleh Ustad Kemed. Ya, hanya karena sebuah perhatian yang makin berkurang! Mang Ocat merasa bahwa Ustad Kemet jarang sekali menanyakan keberadaan Mang Ocat yang jarang ke masjid untuk salat jama’ah maupun menjadi muadzin. Karena hal demikianlah maka dalam diri Mang Ocat timbul rasa tidak berharga dan tidak dibutuhkan oleh warga Ciraos. Sehingga memicu tindakan yang tidak patut di contoh hanya untuk mendapat perhatian kembali dari Ustad Kemed dan warga Ciraos.
            Lalu, apa hubungannya dengan parenting yang membahas dunia anak beserta problem dan solusinya? Nah, pada saat Mang Ocat memaparkan alasannya tersebut, secara tidak sadar kita akan mencap tindakan Mang Ocat itu kekanak-kanakan! Tidak pantas dilakukan oleh orang yang sudah menyandang atribut “bapak”
            Ya, disinilah letak parenting itu berada. Pastinya kita sering sekali menemui anak-anak yang berbuat “aneh” atau mungkin melanggar norma hanya untuk mendapatkan atensi, perhatian dari orang di sekitarnya. Contohnya, ketika sibling rivalry, kecemburuan kakak terhadap bayi yang baru lahir. Kemudian, ada pula adegan tangis ketika bermain antara kakak dan adik. Semua hal tersebut muncul adakalanya dipicu untuk mencari perhatian orang tua. Anak-anak merasa tidak diperhatikan orang tua yang sibuk bekerja, ataupun main HP.
            Lalu apa yang dilakukan orang tua ketika menghadapi hal demikian ? Kembali ke “Dunia Terbalik”, Ustad Kemed mengambil langkah merangkul kembali mang Ocat dengan mengajaknya kembali ke masjid tapi dengan perjanjian tidak mengulangi lagi perbuatannya tersebut. Ternyata ini efektif juga daripada hanya menghukum yang belum tentu ada efek jeranya.
            So, langkah awal kita sebagai orang tua yaitu mengubah persepsi bahwa memberikan perhatian kepada anak bukan sekedar memenuhi kebutuhan dan keinginan anak. Masih banyak cara sederhana sebagai symbol perhatian kepada anak. Seperti, say hello dan menanyakan kabar anak, meluangkan waktu untuk ngobrol dengan anak. Ini merupakan cara merangkul anak agar mendekat kembali kepada kita. Luangkan waktu walaupun hanya beberapa menit untuk membersamainya, mengetahui isi hatinya dengan cara sharing, ngobrol dari hati ke hati. Ketahui apa yang melatarbelakangi anak kita melakukan hal-hal yang “mencari perhatian”.
            Selanjutnya, untuk meminimalisir perbuatan negative karena ingin “caper” terhadap orangtuanya bisa dengan beraktifitas bersama anak. Dalam arti membuat aktifitas bersama seperti memasak, berkebun, jalan-jalan ataupun melakukan hobi yang disukai anak. Ketika anak sudah kembali ke kita, mulai buat kesepakatan hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan konsekuensinya apa ketika kesepakatan itu terlanggar. Lakukan hal tersebut dengan enjoy, tidak kaku seperti hukum tertulis. Gaungkan nilai-nilai positif yang kita harapkan ada pada anak dan selalu ingatkan anak. Semua memang butuh waktu agar anak memahami bahwa kita sangat memperhatikan dan mengharapkannya menjadi lebih berkarakter positif.
            Setelah semua dilakukan, saatnya kita menuai harapan dari keistiqomahan kita memperhatikan anak. Semangat!

Jumat, 13 Oktober 2017

PRIBADI MINYAK





            Apa yang terbersit di benak Ayah Bunda dengan istilah “Pribadi Minyak”? Mari sejenak Ayah Bunda bayangkan minyak  yang lebih berat massanya dibanding jenis benda cair lainnya, kemudian sifatnya yang tidak bisa bercampur dengan benda cair lainnya. Begitu pula dengan pribadi minyak, merupakan pribadi yang sulit untuk berbaur dengan orang lain. Anak dengan kepribadian minyak ini biasanya anak yang pendiam, pemalu, introvert, kurang percaya diri dan mempunya kecerdasan intrapersonal sehingga menyebabkan mereka lebih memilih menyendiri dibanding bersama temannya. Berada bersama teman, tetapi tidak ikut bermain bersma yang lain. Bagaimana bila pribadi minyak ini menimpa anak kita ? Apa yang harus kita lakukan ?          
Mendidik dan menjaga tumbuh kembang anak usia dini memang susah-susah gampang. Anak dengan berbagai karakternya, baik yang menjengkelkan maupun yang membanggakan, tetap harus kita syukuri. Sebagai orang tua, kita harus selalu ingat ungkapan “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Bagaimanapun kita sebagai orang tua mempunyai andil besar dalam menurunkan karakter pada anak..Jika anak kita mempunyai karakter yang sulit sekali berbaur dengan temannya, maka yang pertama Ayah Bunda lakukan adalah wajib introspeksi terhadap diri sendiri apakah kita juga mempunyai sifat tersebut ? bila iya, tanyakan kembali ke diri kita apa saja kesulitan-kesulitan yang kita alami bila mempunyai kepribadian minyak.  Ini tentunya sebagai antisipasi bagi anak kita agar tidak mengalami  kesulitan yang pernah kita alami.
Adapun salah satu kesulitan anak dengan kepribadian minyak ini adalah kuper alias kurang pergaulan. Walaupun mempunyai kepribadian minyak, namun usahakan anak tetap mempunyai wawasan yang kekinian sehingga tidak menghambat anak untuk tetap berkomunikasi dengan anak lain. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membaca buku, majalah bersama anak, menonton video-video edukasi, bisa pula mengajak anak ke tempat-tempat bermain, perpustakaan, tempat wisata yang kiranya memberikan pengalaman yang menyenangkan sehingga bisa diceritakan kepada teman atau saudaranya.
Selalu memotivasi anak agar kepercayaan dirinya tumbuh, bisa dengan cara memberikan pujian, penghargaan atas tindakannya. Jangan lupa berikan kepercayaan pada anak dalam mengerjakan apapun. Biarka anak mengatur dan mengupayakan jadwalnya sendiri. Usahakan tidak membandingkan anak dengan teman atau saudaranya. Sangatlah bijak bila membandingkan anak kondisi sekarang dengan sebelumnya.
Jaga selalu komunikasi kita dengan anak agar apapun keluhan dan curahan hati anak selalu kita yang pertama kali mendengar. Ajak anak untuk urun rembug, sharing, diskusi tentang berbagai hal. Hargai pendapatnya!
Ohya, jangan pernah batasi anak dengan siapa dia bergaul. Bekali anak dengan kesiapan tahan bully-an, agar bila ada yang membully maka tidak akan membuat dia down  secara mental. Bilapun dia bergaul dengan anak yang menurut kita kurang baik karakternya, jadikan hal tersebut sebagai warna di kehidupannya dan ajak anak untuk mengambil pelajaran dari karakter teman yang kurang baik. Ajak anak untuk bersosialisasi, bisa dengan cara mengikutkan anak ke dalam acara kumpul-kumpul acara di tempat kerja kita yang tentunya disitu juga terdapat banyak anak lainnya.
Menjadi orang tua merupakan ajang introspeksi sekaligus wadah untuk lebih “menerima” apapun yang diberikanNya terhadap anak kita. Apapun solusi yang dipaparkan disini, ikatan orang tua dengan anak akan selalu membuahkan solusi yang pas untuk mengatasi kesenjangan pada anaknya. Inilah makna hakiki parenting di kala genting!
IMG-20160602-WA0012 Nur Fitri Agustin, S. Pd (Guru di TKIT IBNU ABBAS, Talun, Kab. Cirebon dan juga lulusan 2017 PGPAUD UMC)