Sepeda bergerak tak berasap
Penuh daya udara diisap
Kayuh
Lelah
Peluh
Diri ini laksana penuh kasap
Karena dunia dalam derap
Penuh
Langkah
Tangguh
Alloh
Berdaya
(dalam kayuhan
kehidupan)
Tahukah kawan, bersepeda itu beda!
Apa sebabnya? Karena tiap kayuhan akan mempunyai sudut pandang tersendiri dalam
melihat hidup ini. Tiap kayuhan menyimpan memori sendiri. Tiap kayuhan
menciptakan kenangan masing-masing. Tiap kayuhan menumbuhkan
percakapan-percakapan tersendiri.
Kala itu, redupnya sinar matahari
yang masih enggan muncul, tak menyurutkan langkahku untuk menyeret sepeda dari
peraduannya. Tanpa memedulikan dinginnya udara, “Kring…kring….”, bunyi itu
membangunkan sepedaku yang sudah using. Sepeda model jaman dahulu dengan
sandaran di belakang membuatku makin nyaman membersamainya.
Pagi itu, di tiap ahad kami
rombongan anak-anak petualang melaju menyusuri jalanan yang memang masih sepi
dari kendaraan umum. Sehingga membuat kuat hati orang tua kami untuk melepas berkelana
bersama sepeda onthel. Padahal kala itu jarak tempuh dengan sepeda saja sudah
memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit menuju lokasi favorit kami yaitu Bukit
Maneungteung di Desa Waled. Hitunglah jika bolak-balik dari berangkat-menuju
lokasi-pulang. Belum lagi dihitung waktu untuk menikmati di bukit Maneungteung.
Rasanya tak pernah bosan dan lelah
menjelajah bukit tersebut. Bersenda gurau bersama teman menumbuhkan sensasi
kelekatan sehingga makin dekat. Seringnya kami berbagi makanan bekal yang
dibawa dari rumah. Sering juga salah satu dari kami tertidur karena terlalu
pagi berangkat dari rumah.
Ada kisah lucu saat itu. Saat ujian
sekolah tiba, rombongan penyepeda cilik sebenarnya dilarang untuk ngonthel pagi
itu dengan alasan harus belajar menghadapi ujian. Namun, kami tetap
umpet-umpetan berangkat ke bukit. Kala itu kami merasa menang telah mengelabui
orang tua.
Dan sesampainya disana, olala
ternyata ada rombongan bapakku beserta bapak-bapak lain telah sampai duluan
sedang duduk ngopi di pinggir jalan dekat bukit sambil memandangi dengan
pelototan penuh sayang. Bapak-bapak ini juga mempunyai hobi bersepeda.
Sepertinya ini warisan hobi yag unik dan menarik.
Akhirnya, dengan paksaaan kami
pulang menumpang mobil truk punya tetangga kami. Rasanya bagaimana ketahuan
melanggar aturan? Aduh campur aduk deh rasanya! Pokoknya tidak akan diulangi
karena konsekuensinya uang saku dipotong seminggu.. huah bisa kurus kering ga
jajan di sekolah.
Demikianlah kisah pejuang bergerak
tak berasap yang sedari kecil mengayuh sepeda demi persahabatan, demi kecintaan
alam, demi kekuatan fisik. Percayalah, bersepeda itu memang beda! Tidak
percaya? Rasakan sendiri sensasinya!
pixabay.com


0 komentar:
Posting Komentar