Jumat, 05 Oktober 2018

TAhapan Menggambar Anak Usia Dini


 “Adik, gimana sih disuruh gambar kok malah corat-coret seperti benang ruwet saja! Ayo gambar apel!, “ kata seorang guru. Pernah merasakan kesulitan seperti itu? Apa yang kita anggap mudah, terkadang masih dirasakan sulit oleh anak usia dini. Apa yang salah? Apakah kita memberikan materi yang terlalu sulit? Atau anak yang belum berkembang sesuai harapan?

Berikut akan dipaparkan tahapan menggambar bagi anak usia dini (AUD). Menurut standar tingkat pencapaian perkembangan anak (STPPA) Permendiknas Nomor 137 tahun 2014, bahwa lingkup perkembangan anak usia dini salah satunya meliputi lingkup seni. Lingkup seni ini meliputi kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri, berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni lukis, seni rupa, kerajinan), serta kemampuan mengapresiasi karya seni, gerak dan tari, serta drama.

Terkait dengan seni lukis, maka menurut STPPA pada usia 4-5 tahun, anak tertarik menggambar objek di sekitarnya, seperti gambar mainannya, gambar buah, pohon dan lainnya. Sedangkan untuk STPPA usia 5-6 tahun, maka anak akan menggambar berbagai macam bentuk yang lebih beragam dan melukis dengan berbagai cara dan objek.

Sebenarnya, apa perbedaan menggambar dan melukis? Menggambar adalah aktivitas ekspresif dalam membuat gambar dengan menggunakan kertas sebagai media, sementara alatnya adalah bolpoin, pensil warna, krayon dan pensil. Untuk hasil gambar biasanya tidak ada aliran tertentu.

Sedangkan melukis adalah kegiatan seni dalam menciptakan lukisan dengan menggunakan kanvas sebagai media, sementara alat yang digunakan untuk melukis adalah cat air, cat minyak kuas dan sebagainya. Untuk seni lukis terdapat beberapa aliran yang masing-masing unik seperti kubisme, naturalisme, ekspresionisme dan lain-lain.

Bagi anak usia dini, menggambar mempunyai banyak manfaat. Salah satunya untuk mengembangkan atau mestimulus psikomotorik yakni motorik halus anak. Untuk menilai atau mengevaluasi lingkup psikomotorik anak, yaitu dengan observasi atau pengamatan langsung. Observasi dalam PAUD, merupakan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilakukan anak.

Hasil dari menggambar ini akan menambah hasil karya anak yang bisa didokumentasikan menjadi portofolio atau rekam jejak kegiatan. Rekam jejak atau portofolio ini akan memudahkan guru untuk menilai apakah anak terebut sudah memenuhi STPPA atau belum.

Berikut manfaat kegiatan menggambar bagi anak usia dini, antara lain: a) merangsang dan membangkitkan otak kanan sehingga anak mempunyai kreatifitas dan imajinasi yang tinggi; b) menumbuhkan rasa ingin tahu anak tentang hal yang akan digambar; c) anak juga terstimulus perkembangan motorik halusnya;, d) meningkatkan rasa percaya diri dan optimisme karena anak mampu mengungkapkan ide-idenya dalam menggambar.

Menurut para ahli pendidikan anak seperti Kerchensteiner, Cyril Burt, Victor Lowenfeld, bahwa ada pembagian masa dalam menggambar pada tiap tahapan umur anak. Secara umum, masa-masa itu terbagi dalam beberapa bagian: 1) masa mencoreng (usia 2-4 tahun), anak menggores tanpa aturan dan arah. Anak masih belum mampu mengendalikan tangannya; 2) masa pra bagan (usia 4-7 tahun), anak mulai mampu menggambarkan objek yang akan digambar. Seperti menggambar kepala berbentuk lingkaran, tangan dengan bentuk panjang, dan lain-lain.  Anak juga sudah mampu mengendalikan arah dan tangannya; 3) masa bagan (usia 7-9 tahun), yaitu anak sudah memahami konsep objek yang akan digambarnya. Anak juga mengetahui apa-apa saja yang mampu menghidupkan gambarnya, seperti penambahan gambar isi rumah ketika menggambar rumah, ada pohon di depan gambar rumah, ada gambar bendera di sekolah, dan lain-lain.

Ada juga ahli pendidikan yang membuat tahapan-tahap
an menggambar sebagai berikut.


Tahap 1, coretan awal; coretan acak; coretan-coretan selalu berhubungan seolah-olah "krayon" tidak pernah lepas dari kertas.

Tahap 2, coretan terarah, tanda-tanda tertentu (seperti garis-garis atau titik-titik) diulang-ulang; biasanya berbentuk lonjong; tanda-tanda itu belum berhubungan.

Tahap 3, penambahan pada bentuk- bentuk lonjong; yang sering ditambahkan garis-garis dan titik-titik, biasanya garis-garis menyebar dari bentuk lonjong dan titik-titik di dalam bentuk lonjong.

Tahap 4, mulai muncul gambar “Kepala Besar”; titik-titik dan garis-garis dalam bentuk lonjong menyerupai wajah; mengambang di atas kertas (tahap 1-4 merupakan tahapan untuk kelompok Play Group);

 Tahap 5, gambar ”Kepala Besar” dengan mulai muncul gambar kaki mengambang di atas kertas.

Tahap 6, gambar “Kepala Besar” dengan kaki dan bagian-bagian badan lainnya khususnya tangan, mengambang di atas kertas. Muncul tulisan dalam bentuk. Huruf mengambang seperti garis-garis.

Tahap 7, “Kepala Besar” dengan bentuk batang sebagai badan dan anggota-anggota tubuh lainnya, mengambang di atas kertas.

Tahap 8, “Kepala Besar” dengan bentuk batang tertutup, bentuk batang berisi, atau bentuk batang segi tiga sebagai badan dan anggota-anggota tubuh lainnya, mengambang di atas kertas. (Tahap 5-8 merupakan tahapan untuk kelompok TK A)

Tahap 9, gambar rumah sederhana yang menyerupai wajah; objek-objek sederhana lainnya (seperti kupu-kupu atau bunga-bunga), mengambang di atas kertas. Pada tahap ini anak sudah bisa mengendalikan tangannya, sudah mempunyai konsep objek yang digambar. Sehingga pada tahap 9 ini, anak baru diperbolehkan untuk mewarnai.

Tahap 10, bagian paling bawah kertas digunakan sebagai garis dasar dan gambar-gambar objek yang bisa dikenali ditempatkan di situ, objek-objek ditempatkan secara tepat di langit, di samping rumah di bagian paling bawah kertas, dan seterusnya.

Tahap 11, sebuah garis dasar menopang rumah dan/atau objek-objek lain. Konsep tanah dan proporsi gambar dan lukisan mulai terlihat. Variasi gambar mulai kompleks: ada rumah, orang, pohon, bunga, awan, dan binatang.

Tahap 12, garis dasar mulai muncul sebagai garis batas langit, menunjukkan anak mulai sadar ruang dua dimensi; objek-objek diletakkan dengan tepat (Tahap 9-12 merupakan tahapan kelompok TK B). Untuk kelompok TK B, anak harus mewarnai sesuai dengan konsep riilnya, misalkan gambar daun segar berwarna hijau, daun kering berwarna kuning/coklat, dan lain-lain.

Nah, dalam melakukan tiap tahapan menggambar perlu diperhatikan pula hubungannya dengan tema dan bidang pengembangan lain seperti nilai agama, moral, sosial, bahasa, kognitif, dan lain-lain.  Tak lupa ciptakan kegiatan menggambar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan agar makin tumbuh rasa kepercayaan diri anak serta karakter positif lainnya.

Interaksi anak dan guru juga perlu diperhatikan dalam kegiatan menggambar. Dalam hal ini guru dan anak bisa berkomunikasi, seperti adanya tanggapan guru tentang apa yang digambar anak, anak menceritakan apa yang digambarnya, dan lain-lain. Intinya adalah kegiatan seni menggambar juga tak kalah penting dengan kegiatan lainnya untuk menstimulasi kemampuan awal menulis anak. *(artikel ini dimuat di laman anggunpaud pada 18 september 2018)

Sumber: • Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini • Permainan Kreatif Untuk Anak Usia Dini, Anggani Sudono dkk, PT Sarana Bobo Jakarta, 2007.


12 komentar:

  1. Kegiatan menggambar juga tak kalah penting dengan kegiatan lainnya untuk menstimulasi kemampuan awal menulis anak. Setuju , Mbak..
    Sekarang banyak yang mengutamakan baca, tulis, hitung..sampai les calistung khusus. Kegiatan menggambar dinomorsekiankan..hiks! Padahal penting biar otak anak seimbang . Juga bagus untuk kemampuan motoriknya.
    Jadi ingat waktu anak sulung saya TK di Amerika, sedikit sekalii materi calistung. Yang ada menggambar, mendengarkan dongeng, dibacakan buku cerita, berolahraga, bermain , makan bersama dan pengajaran kemampuan dini lainnya.

    BalasHapus
  2. Whuaa sangat menarik artikelnya. Anakku usia 5 tahun lagi demen-demennya menggambar, bahkan wajah saya dan ayahnya juga ikutan digambar. Sekarang malah sudah mulai gambar pantai dengan warna langit senja gradasi oranye kuning, ada burung, perahu dan kursi payung di pantai, meski gambarnya masih khas anak TKA banget, terinspirasi karena melihat tantenya gambar begitu. Hihii ... kalau itu gmn mba? Kecepetan atau tidak ya?

    BalasHapus
  3. Waah....lengkap artikelnya. Anak2nya sejak 2 tahun, senangnya hanya menggambar. Dimana saja, kecuali di tembok. Dia paling senang menggambar di koran, akhirnya saya menyediakan buku gambar & buku untuk mewarnai. Ternyata manfaatnya banyaknya...terima kasih ilmunya Mba

    BalasHapus
  4. Anak2ku suka menggambar. Bener, dg menggambar imajinasi dan idenya berkembang. Sampai kadang kl punya uneg2 juga digambar. Hihi.

    BalasHapus
  5. Aku mah perjuangan banget mbak ngajakin anak gambar soalnya tipe anak kinestetik kali ya. Harus gambarnya di tembok yang luas, biar sambil gerak badan dia nya.

    BalasHapus
  6. Anak saya suka sekali menggambar mba. Dia dari usia 1 tahun kurang udah saya arahkan untuk menstimulasi motorik halusnya dan sekarang dia ke tahap sudah bercerita tentang gambarnya.

    BalasHapus
  7. Nah, kadang-kadang pendidikan di negara kita ini lebih menenkankan otak kiri. Padahal, otak kiri dan kanan itu sama pentingnya. Jadi seharusnya diseimbangkan ya. Saya setuju sebenarnya untuk anak usia dini janganlah terlalu diajarin calistung. Justru konsep2 humanis dan sosialisasi untuk mendorong kecakapan hidup yang semestinya ditonjolkan.

    BalasHapus
  8. Sekarang saya sedang berada pada tahap ortu yang memahami setiap ekspresi anak dalam gambar. ya, anak saya suka mengekspresikan bnyk hal dalam gambra, biasanya ditambah sedikit kata2 di bawahnya. dan mau nggak mau justru ortu yang belajar. Karena sering kali coretan anak terlihat biasa. padahal ma, banyak makna krn melalui serangkaian tahapan.

    BalasHapus
  9. Anakku yang kecil lagi tahap corat coret belum jelas bentuknya. Tapi dia selalu cerita kalau yang dia gambar adalah tayo atau robocar poli. Hahaha

    BalasHapus
  10. Oo, jadi beda ya antara gambar sama lukis. Baru tahu saya. Anak sy suka banget menggambar. Sekarang udah rapih dia mewarnainya. Sudah bisa gambar orang juga sejak duduk di TK ini.

    BalasHapus
  11. Bener banget tuh mbak. Guru paud kah mbak. Anakku usia 3,5 th itu sukanya gambar yang aku tak tahu itu apa tapi bermakna bagi dia. Ketika aku tanya ini gambar apa, si anak enjoy banget tuh neranginnya

    BalasHapus
  12. Setuju nih, Mbak. Guru PAUDnya Aira dulu juga pernah mengatakan hal ini kepada kami para orangtua murid. Terimakasih infonya mbak. Bermanfaat banget.

    BalasHapus